Mengapa diri ini lupa akan anugerahnya yg begitu besar dan terbentang luas. Bila setiap saat Alloh selalu beri cinta  untukku. Kasih tak terukur, tak terdeteksi waktunya, tak terjangkau  akal, tak.. aku susah nyebutnya.   Sejak dulu aku selalu jalani hidup mandiri dan apa adanya. Meski pemberontakan ada  saat mata memandang jauh keatas. Namun ibuk selalu mengingatkan bahwa  batu sandungan siap menjerembabkan kita bila tak segera mengontrol diri. Akan banyak rintangan yg harus dilalui. Sesuai porsi manusia itu diberi. Dan dalam banyak waktu aku memahami.  Inilah aku adanya kini. Mesti siap dengan ujian  apapun yang terkait dengan kata ikhlas dan materi. Berikut pandangan  sebelah mata sodara ataupun teman. Ialah waktu yang kan membuktikan  semua kesungguhan, bahkan menghadapkan mata-mata mereka.   Setiap kisah haru selalu kutulis dimemori hati. Agungnya Ilahi menjadi  bukti bahwa setiap kita pasti ada dalam cintaNya. Pun saat pedih, suka,  tertawa, kadang airmata. Dialah tempat kembali. Ah.. kenapa tak bisa  menuliskan satu-satu cintaNya, karena begitu banyaknya. Semua yg sudah terjadi tak bisa diulang lg. yang sudah hilang, biarlah ia menghilang bersama ringannya hembusan angin.Sebuah pepatah mengingatkan '
فَبِأَيِّآلَاءرَبِّكُمَاتُكَذِّبَانِ 
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"                 (QS. 55:13)                        
 
No comments:
Post a Comment